Cerita aja kalo udah tenang.
Kata-kata
Yama terus terngiang di benak Tara. Ucapan Yama ada benarnya juga, Tara sedang
butuh teman untuk cerita tentang masalahnya dan Yama lah teman yang tepat.
Tanpa pikir panjang, Tara langsung menghubungi Yama.
“Hallo.”
Terdengar suara Yama dari telepon.
“Hallo.
Yama aku mau cerita.” Jawab Tara langsung tanpa basa-basi.
“Ohh,
silahkan Ra, ceritain aja.” Sahut Yama, suaranya melembut.
Akhirnya
Tara menceritakan tentang sidang perceraian orangtuanya besok. Sedangkan Yama,
dengan sabar mendengarkan cerita sahabatnya.
“Jadi
aku harus gimana dong?” Tanya Tara diakhir ceritanya.
“Ya
kalo mereka mau bercerai itu bukan salah kamu. Itu pilihan orangtua kamu,
mungkin juga itu pilihan yang terbaik untuk orangtua kamu. Jadi kamu harusnya
ga sedih, dan berusaha menerima keputusan orang tua kamu.” Jawab Yama dengan
sabar.
“Terus
aku harus tinggal sama siapa?”
“Kenapa
kamu gak tinggal sama mereka secara bergantian?”Usul Yama. “Tapi kamu ga usah
pikirin ke situnya dulu. Yang penting kamu mau nerima keputusan orangtuamu.
Lagian kamu harus inget, masih ada aku yang mau dengerin cerita kamu.”
Lanjutnya.
“Yaudah
deh ntar aku pikirkan lagi. Makasih Yama, sekarang aku sedikit lega.” Jawab
Tara. “Aku tutup teleponnya ya, mau makan nih. Bye.” Sambungnya dan Tara segera
memutuskan sambungan. Karena sudah merasa tak tahan, Tara segera bergegas turun
ke dapur untuk makan.
Keesokan
Harinya
Tara
mulai aktifitas seperti biasa. Meskipun begitu ia masih jarang berberbicara
dengan kedua orang tuanya. Jam yang melingkar di tangan Tara sudah menunjukan
pukul 06.15, jadi Tara pun segera berjalan menuju halte bus yang berada di
dekat rumahnya.
Sesampainya
di halte, Tara melihat cowo yang selalu membuat perutnya serasa dipenuhi oleh
kupu-kupu.
“Hai!”
Sapa Tara pada cowo tersebut.
“Eh,
Hai juga.” Sapa cowo itu sambil menyunggingkan senyum manis yang dapat membuat
siapapun langsung jatuh cinta. “Kamu udah sembuh?” tanya cowo itu.
“Udah
dong Hans. Buktinya sekarang aku masuk.”
“Oh
iya yaa. Hehehe.” Hans terkekeh kecil. “Tuh busnya dateng. Ayo naik.”
Sambungnya dan langsung berjalan menuju pintu bus.
Perjalanan
terasa sangat singkat. Padahal Tara masih ingin lebih lama bersama Hans.
“Tara.”
Panggil Hans yang membuat Tara menghentikan langkahnya yang sedang menuju
gerbang sekolah.
“Hmm.”
Gumam Tara sebagai jawaban.
“Nanti
saat istirahat mau makan di kantin bareng?Kamu ajak Yama juga.”
“...”
“Kalo
kamu gamau gapapa kok.” Lanjut Hans karena Tara belum menjawab.
“Eh
mau kok.” Sergah Tara cepat sampai membuat Hans sedikit tersentak.
“Ya
udah. Aku tunggu ya ntar di kantin. Aku masuk duluan yaa. Bye Tara.”
Hans segera pergi
meninggalkan Tara menuju kelasnya, setelah punggung Hans tidak terlihat lagi
dari penglihatan Tara. Dengan gesit ia langsung berlari menuju kelasnya, tak
sabar untuk memberi kan good news ini pada Yama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar