Sabtu, 20 Februari 2016

TROUBLE #2



 Bel pulang sekolah berbunyi nyaring membelah langit siang yang amat terik. Seluruh siswa yang mendengar segera berhamburan keluar kelas, begitu juga dengan Tara yang langsung menuju halte di seberang jalan depan sekolahnya.
Sinar matahari yang terik membuat Tara ingin segera sampai rumah dan masuk ke kamarnya yang dingin. Bus yang Tara tunggu tak kunjung datang membuat Tara merasa kesal. “Bus sialan. Lama banget.” Umpat Tara dalam hati sambil terus menunggu kedatangan bus.
“Hei. Lagi nunggu bus juga?” Tanya seseorang yang membuat Tara menghentikan umpatannya dalam hati.
“Iya.” Jawab Tara ketus tanpa menoleh. Tara sudah terlanjur kesal menunggu sehingga tidak niat menjawab pertanyaan siapa pun.
“Ya ampun, Tara galak sekali.” Kata orang itu sekenanya yang langsung membuat Tara geram dan menoleh kearahnya siap melontarkan amarah. Namun..
“Hans!” Suara Tara tercekat ketika mengetahui sosok itu.
“Ya, ini aku.” Jawab Hans sambil tersenyum. Senyum Hans berhasil menghilangkan rasa kesal yang sedari tadi menghantui Tara.
“Ngapain kamu di sini?Ga dijemput?” Tanya Tara sambil memalingkan mukanya, berharap Hans tidak melihat wajahnya yang memerah.
“Aku nunggu bus juga. Mulai hari ini aku gamau diantar jemput lagi, jadi setiap berangkat dan pulang sekolah aku naik bus.”
“Oh.” Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Tara, padahal hatinya sedang penuh bunga karena kalau itu terjadi berarti Tara dan Hans-.
“Ya, itu berarti kita bisa berangkat dan pulang sekolah bareng karena rumah kita gak terlalu jauh.” Kata Hans, seperti bisa menerka apa yang sedang Tara pikirkan.
Mendengar hal itu Tara hanya bisa memandang Hans dengan mulut sedikit terbuka. Oh tidak, Tara terlihat seperti orang bodoh.
“Loh, kok diam?Kamu ga suka ya?Kalo begitu kita bisa berangkat dan pulang sendiri-sendiri. Ga masalah.” Sergah Hans sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
“Eh, bukan gitu maksudku.” Tukas Tara secepat mungkin agar Hans tak salah sangka. “Aku mau kok. Lagian berangkat dan pulang sendiri naik bus itu ga enak, kalo ada teman pasti ga kerasa. Apalagi ditemenin kamu.” Sambungnya spontan. Raut muka Hans seketika berubah dan Tara langsung mengutuki ucapannya dalam hati. Sebelum Hans merespon kata-katanya, bus segera datang.
“E-eh itu busnya udah datang, ayo naik.” Ucap Tara sedikit gugup. Sebagai jawabannya Hans mengekori Tara memasuki bus dan langsung duduk di sebelah Tara.
Bus segera melaju membelah jalanan yang cukup lenggang. Selama dalam perjalanan, mereka hanya bercakap-cakap ringan dan terkadang diselingi tawa. Ah sungguh hari yang menyenangkan bagi Tara. Rasa kesal langsung berubah menjadi rasa senang yang tak tertandingi.
Tak terasa, bus sudah sampai di halte dekat rumah Tara dan Hans, keduanya pun segera membayar ongkos dan turun dari bus.
“Akhirnya sampai juga. Seru ya naik bus.” Kata Hans sambil sedikit terkekeh.
“Hahaha iya memang seru.” Jawab Tara. “Hans, aku duluan ya. Rumah aku kearah sana.” Sambungnya sambil menunjuk jalan disebelah kanan mereka.
“Yaudah. Berarti kita berpisah disini. Rumah aku terus ke sana.” Kata Hans juga sambil menunjuk ke jalan di depan mereka. “Bye Tara. Hati-hati. Besok pagi kita bertemu di halte ya!” lanjutnya sambil berjalan dan melambai pada Tara.
“Hati-hati juga.” Jawab Tara sambil melambaikan tangan. Sungguh, Tara seperti merasa hatinya ada di padang bunga, Tara tak bisa berhenti tersenyum. Setelah punggung Hans mengecil dari pandangannya, ia segera berjalan menuju rumahnya.
“Ma, aku pulang.” Seru Tara dari depan pintu ketika sampai di rumahnya.
“Cepat ganti baju terus makan ya sayang. Masakannya udah di meja makan.” Jawab mamanya saat Tara sudah masuk rumah.
“Beres ma. Papa malam ini pulang kan ma?” Tanya Tara yang membuat mamanya sedikit tersentak.
“Hmm. Mama gatau sayang, papa kamu belum kasih tau mama. Mungkin lembur lagi.” Jawab mamanya cepat setelah bisa mengendalikan dirinya.
“Hah lembur lagi?Udah 3 hari papa ga pulang gara-gara lembur ma, emang papa tidur dimana?”
“Gatau Tara. Sekarang cepat ganti bajunya.” Jawab mamanya sambil tersenyum. Tara hanya mengangguk dan langsung ke kamarnya. Otak Tara sudah dipenuhi oleh Hans sehingga tidak memikirkan keganjilan yang terjadi.
Tara langsung merebahkan tubuhnya ke kasur yang empuk dan menyambar ponselnya, sejurus kemudian Tara sudah menekan nomer ponsel Yama dan langsung menempelkan ponselnya ke telinga.
“Halo, ada apa Tara?” Suara Yama terdengar dari ujung sana.
“Yama!” Teriak Tara langsung histeris. “Lo harus denger ini!” lanjutnya tak kalah histeris, sampai Yama harus menjauhkan ponsel dari telinganya.
“Ya ampun, pelan-pelan dong Tara ngomongnya. Gendang telinga aku bisa pecah kalo kamu teriak-teriak terus.” Gerutu Yama dari seberang telepon.
“Hehe maaf. Abisnya aku seneng banget tadi bisa pulang bareng sama Hans.”
“Kok bisa?Bukannya dia selalu di jemput?” Tanya Yama heran.
“Awalnya aku bingung tapi dia bilang kalo mulai hari ini dia udah ga diantar jemput sama supirnya.” Jawab Tara antusias tanpa mengecilkan suaranya dan terus bercerita sampai akhirnya telepon ditutup.
Tara kemudian segera turun ke meja makan karena perutnya minta diisi dan tidak melihat lagi mamanya. Mungkin kembali bekerja. “Sendirian lagi deh.” Keluh Tara sambil tersenyum pahit. Setelah makan Tara hanya menghabiskan waktunya di kamar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar