Sabtu, 20 Februari 2016

TROUBLE #5



Saat jam istirahat, Yama pergi  ke kantin sendirian. Yama langsung duduk di meja setelah memesan makanannya.
“Hei sendirian aja nih. Boleh ikut duduk?” Suara yang terdengar berat itu berhasil membuat Yama mendongak.
“Silahkan.” Jawab Yama singkat dan langsung fokus kembali ke makanannya.
“Gimana?Udah ada kabar dari Tara?” Tanya pemilik suara berat itu, Hans.
“Udah, katanya dia sakit. Dia juga nitip permintaan maaf ke kamu karena ga bisa berangkat bareng kamu.” Jawab Yama tanpa mengalihkan pandangan dari makanannya.
“Sakit apa?”
“Gatau, nanti siang baru mau ke rumahnya.”
 “Eh aku boleh ikut?” Tanya Hans sedikit ragu.
Yama sedikit terkejut dan menatap Hans dengan tampang heran. Tapi ia segera mengangguk, mungkin bisa membuat Tara senang dan cepat sembuh. Sisa jam istirahat dilewati dengan hening sambil menyantap makanan masing-masing.
Bel pertanda istirahat selesai baru saja berbunyi, memaksa kaki Yama agar segera mungkin ke kelas untuk kembali berurusan dengan pelajaran. Sisa hari itu Yama habiskan untuk berkutat dengan pelajaran yang membuat pikirannya kusut.
Setelah sekolah hari itu usai, Yama dan Hans bertemu di gerbang sekolah mereka dan langsung berjalan menuju halte bus. Selama menunggu kedatangan bus, tak ada yang saling bicara, begitu pula saat di dalam bus.
“Kamu tau arah rumah Tara kan?” Tanya Hans membuka percakapan.
“Tau.” Jawab Yama singkat dan sisa perjalanan menuju rumah Tara pun kembali hening. Tak sampai sepuluh menit perjalanan, mereka sudah sampai di rumah Tara. Yama langsung mendekati pagar dan menekan bel berkali-kali sampai akhirnya mama Tara membukakan pagar.
“Siang, tante. Taranya ada?” Sapa Yama.
“Ada kok. Ayo masuk.” Jawab mama Tara sambil beranjak masuk. Tara dan Hans segera masuk ke dalam mengikuti langkah Tante Ira, mama Tara.
“Duduk dulu Yama dan-“ Perkataan mama Tara terhenti sejenak.
“Hans, tante.” Jawab Hans segera.
“Baiklah, Yama dan Hans silahkan duduk dulu. Tante mau panggil Tara dan ambilkan minum.” Kata mama Tara segera pergi ke kamar Tara.


 




Tara terus mengurung diri di kamar dari pagi tadi sehabis sarapan. Tara masih tidak bisa terima keputusan orangtuanya. Ia merasa gagal sebagai anak karena tak mampu menjaga hubungan kedua orangtuanya.
“Sekarang udah waktunya makan siang, bentar lagi mama pasti pulang. Gue harus gimana nih?” Pikir Tara frustasi. Sejurus kemudian Tara berhenti berpikir karena mendengar suara pagar rumah dibuka, itu berarti mamanya sudah datang.  Tara semakin panik dan tiba-tiba saja sudah terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.
“Sayang, ini mama. Kita makan siang yuk, mama udah beliin makanan kesukaan kamu loh.” Suara mamanya terdengar dari balik pintu. Tara memilih diam.
“Tara, kamu tidur?Kalo ga tidur, tolong buka pintunya.” Suara lembut mamanya kembali terdengar.
“Tara belum lapar.” Jawab Tara sedikit ketus. Sebenarnya Tara lapar. Energinya sudah banyak terkuras karena menangis dari pagi tadi. Tapi sekarang Tara tidak mau bertemu siapapun, jadi ia rela berbohong.
“Yaudah, mama simpan di meja makan ya.” Jawab mamanya masih dengan suara lembut. Sedetik kemudian terdengar langkah kaki mamanya menjauh.
Setelah tidak lagi mendengar suara mamanya, Tara langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur sambil mendesah keras. Di akhir suara desahannya, Tara mendengar suara bel rumahnya berbunyi dan tak lama terdengar suara pagar yang dibuka.
“Siapa ya?” Gumam Tara sambil mengintip dari jendela kamarnya. “Sial. Ga keliatan.” Umpat Tara kesal. Tak mau ambil pusing, Tara langsung kembali ke tempat tidurnya dan bersiap untuk tidur. Saat baru beberapa detik matanya terpejam, suara ketukan kembali terdengar dari pintu kamarnya.
“Tara, ada teman kamu datang.” Suara lembut mamanya terdengar lagi setelah ketukan di pintu kamarnya berakhir.
“Siapa?” Tanya Tara heran.
“Yama sama Hans.” Jawab mamanya di balik pintu.
Mendengar hal itu, Tara terdiam sejenak. Mamanya yang tak kunjung mendapatkan jawaban memanggil nama putrinya.
“Tara.”
“Eh siapa ma?Hans?Yakin ma?” Tanya Tara beruntun setelah mendapatkan kesadarannya kembali.
“Iya, mereka ada di bawah. Kamu cepetan turun ya.”
Tara langsung bangkit dari tempat tidurnya dan mematut diri di cermin. Mengenaskan. Hanya itu yang terlintas di pikiran Tara setelah melihat bayangannya di cermin. Sepersekian detik kemudian, Tara sudah melesat ke kamar mandi untuk mandi karena dari pagi tadi, tubuhnya belum terkena sabun mandi sekalipun.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Tara segera turun ke bawah untuk menemui Yama dan Hans.
“Hai.” Sapa Tara setelah berada di dekat Yama dan Hans.
“Hai.” Jawab Yama dan Hans serentak.
“Kalian ngapain ke sini?” Tanya Tara.
“Mau jenguk lo lah. Eh tapi lo kenapa..” Jawab Yama, namun ucapannya di sela oleh Tara.
“Oh gitu, aku gapapa kok. Kalian pulang aja ga usah repot-repot. Maaf ya Hans tadi pagi kita ga jadi berangkat bareng.”
“Ah gapapa kok Ra, santai aja.” Jawab Hans sambil tersenyum.
“Hmm.. yaudah deh yuk kita pulang Hans. Cepat sembuh ya.” Kata Yama mengakhiri pertemuan mereka. Yama tahu bahwa Tara tidak sakit, dia sedang dalam masalah dan tak ingin diganggu.
“Oke deh, kita pulang dulu ya Tara. Tolong bilangin ke mama kamu.” Kata Hans dan langsung melangkah ke depan yang di ikuti Yama dan Tara. sebelum mereka pulang, Yama berbisik pada Tara, “Cerita aja kalo kamu sudah tenang.” Dan setelah itu Yama pun melangkah keluar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar